Kamis, 01 Januari 2015

Cara Menyusui yang "BENAR"

Menyusui itu gampang.  Tapi sebagian ibu menemukan bahwa menyusui tak semudah kelihatannya. Sebagian ibu merasa bayinya menyusu kuat tapi tampak masih lapar, sebagian lagi merasa kesakitan setiap menyusui, dan sebagian bayi tampak tidak suka dan menolak saat akan disusui. Banyak ibu menghadapi berbagai kendala dan tantangan dalam menyusui sehingga timbullah pertanyaan : Bagaimana sih cara menyusui yang benar?
Jika dilihat dari tujuan dan dari prosesnya, sederhananya kita dapat mengharapkan kegiatan menyusui berjalan seperti ini :
–    Bayi mendapatkan asupan yang dibutuhkan, pertumbuhannya sesuai harapan, perilakunya menunjukkan ia puas dengan menyusu. Tentu saja, tujuan utama kita menyusui adalah untuk memberi makan bayi, bukan?
–    Ibu terhindar dari rasa tidak nyaman saat menyusui (perih, lecet, bengkak). Jika mengikuti lamanya waktu menyusui yang disarankan WHO, yaitu sejak baru dilahirkan hingga setidaknya anak berusia 2 tahun, tentunya ibu perlu merasa nyaman saat menyusui sejak hari pertama.
Nah, setiap ibu dan bayi dapat menggunakan beragam cara menyusui yang nyaman untuk keduanya, yang tentunya akan berbeda-beda untuk tiap ibu dan bayi. Tidak ada cara yang paling tepat atau benar. Tapi pada umumnya untuk mencapai hal tersebut ada satu poin utama : agar ASI dapat keluar dengan lancar dari payudara ibu, penelitian menunjukkan bahwa lidah bayi perlu menjangkau banyak bagian dari payudara, tak hanya puting tapi juga areola.
cara menyusui
cara menyusui
Di gambar pertama kita dapat melihat, seluruh saluran yang menyambungkan kelenjar ASI dengan puting ada di dalam mulut bayi. Dalam kondisi seperti ini ASI akan mudah keluar. Sementara di gambar kedua, saluran-saluran tersebut ada di luar mulut bayi, hal ini menyebabkan bayi lebih sulit mengeluarkan ASI.
Pelekatan yang baik tersebut dapat kita dapatkan dengan beragam cara. Setiap pasangan ibu dan bayi dapat mencoba berbagai gaya untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, di antara gaya dan posisi tersebut adalah :
BIOLOGICAL NURTURING (laid back breastfeeding position)
biological nurturing
Biological Nurturing, sumber gambar: www.llli.org


Untuk menghasilkan pelekatan yang baik, di masa lalu biasanya para ibu diajari cara-cara gaya menggendong dan memposisikan bayi dalam keadaan duduk tegak. Tapi sebuah penelitian yang dilakukan Suzanne Colson dan kawan-kawan pada tahun 2008 menawarkan alternatif yang jauh lebih mudah.
Dari penelitian tersebut ditemukan, para ibu yang baru saja melahirkan akan lebih nyaman dan lebih bertahan lama menyusui saat mereka melakukan menyusui dalam posisi laid-back/semi-reclining atau rebahan. Caranya: ibu mengambil posisi rebahan sambil bersandar, dengan sudut kemiringan antara  15°-64° kemudian bayi diletakkan di atas dada, dan dibiarkan melekat dengan sendirinya. Pada cara ini, ibu tidak banyak mengintervensi posisi bayi, kedua tangan ibu bebas, memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak terguling. (catatan: Ingat bahwa ibu rebahan bersandar, bukan telentang 180 derajat)
Dalam posisi duduk tegak seperti biasa kita diajari, refleks-refleks bayi baru lahir biasanya menyulitkan kita untuk memosisikan bayi – contohnya: refleks “mengayuh sepeda” tangan mendorong-dorong, kaki menendang-nendang, gerakan kepala depan-belakang seperti “mematuk-matuk”. Dalam Biological Nurturing  gerakan-gerakan refleks tersebut justru akan membantu bayi untuk bergerak mencapai payudara. Dalam posisi ini juga gravitasi yang biasanya menghambat bayi mencapai payudara karena berat kepalanya, malah akan membantu bayi untuk memasukkan areola jauh ke dalam mulutnya.
Yang lebih membuat nyaman lagi, dalam posisi laid-back ini juga para ibu merasa lebih badan lebih rileks, ketegangan di kepala, leher, pundak dan punggung sangat jauh berbeda dibanding duduk tegak. Luka jahitan pun – baik luka episiotomi ataupun luka operasi caesar – dirasakan lebih minimal dibandingkan duduk tegak. Ibu juga tidak perlu terlalu berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan pelekatan yang benar. Hal ini sangat mendukung proses lepasnya hormon oksitosin karena ibu lebih rileks dan tenang.
Tentunya kita tetap boleh memilih posisi menyusui dengan duduk tegak, atau posisi tidur menyamping. Kita dapat mencoba bermacam-macam cara untuk mencari posisi yang betul-betul nyaman bagi ibu dan bayi.
Untuk posisi selain Biological Nurturing ada beberapa poin penting dalam memosisikan bayi yang perlu kita ingat, yaitu :
1.    Kepala dan badan bayi harus satu garis lurus
Sama seperti halnya kita orang dewasa, bayi akan lebih nyaman saat menyusu dan menelan, jika kepalanya tidak menoleh. Jika lehernya harus menoleh untuk mencapai payudara, bayi mungkin akan pegal dan terlalu cepat melepas payudara dari mulutnya.
2.    Tubuh bayi didekap dekat dengan tubuh ibu
Kalau badan bayi terlalu jauh dari payudara, bayi cenderung hanya bisa “menangkap” puting saja.
3.    Ibu menopang seluruh tubuh bayi – bukan hanya kepala dan bahu
4.    Bawa bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
Dengan catatan 4 poin di atas, kita bisa memilih posisi-posisi ini :
•    CRADLE HOLD, ibu duduk tegak, kepala bayi disangga oleh tangan yang satu sisi dengan payudara yang disusukan. Posisi ini paling umum digunakan, termasuk di masyarakat kita, tapi bukan berarti semua orang pasti nyaman dengan posisi ini. Pada cradle hold kita biasanya agak sulit mengatur kepala bayi dan mengarahkannya ke payudara ibu.
Posisi Menyusui - crade hold
Posisi Menyusui – crade hold

•    CROSS-CRADLE HOLD, kepala bayi disangga oleh tangan yang berlawanan arah terhadap payudara yang disusukan. Posisi ini bisa digunakan untuk bayi kecil atau sakit.
Cara Menyusui: Posisi Cross Cradle
Cara Menyusui: Posisi Cross Cradle

FOOTBALL HOLD/POSISI BAWAH LENGAN, posisi bayi ada di bawah lengan ibu yang satu sisi dengan payudara. Jika bayi agak sulit melekat, posisi ini juga bisa dicoba. Juga cocok digunakan saat menyusui bayi kembar atau jika saluran ASI tersumbat.
Cara Menyusui: Posisi dibawah lengan
Cara Menyusui: Posisi dibawah lengan

SIDE-LYING POSITION/TIDUR MENYAMPING. Posisi ini bisa digunakan saat ibu ingin menyusui sambil istirahat, atau setelah operasi caesar.
Cara Menyusui: Posisi Berbaring Menyamping
Cara Menyusui: Posisi Berbaring Menyamping

Untuk ibu yang memiliki anak kembar, bisa menyusui dua anak sekaligus dengan posisi double football atau double cradle, atau kombinasi keduanya. Saat menyusui bayi kembar, pada awalnya mungkin Bunda perlu bantuan anggota keluarga lain, dan perlu menyiapkan bantal-bantal untuk memudahkan.
Cara Menyusui anak kembar
Sumber gambar : Unicef’s Brochure “How to Breastfeed”


CARA MEMASUKKAN PAYUDARA KE MULUT BAYI

Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, biasanya akan lebih mudah jika kita menunggu sampai mulut bayi benar-benar terbuka lebar dan mendahulukan majunya dagu dan bibir bawah untuk menempel pada payudara.
Cara Menyusui
Sumber gambar : Womenshealth.gov

TANDA BAYI SUDAH MELEKAT DENGAN BAIK

cara menyusui
Sumber gambar: WHO, Unicef. 40 hours Breastfeeding Counselling: A Training Course

Ayah dapat membantu untuk mengecek apakah bayi kemungkinan sudah melekat dengan baik atau belum. Dari luar, umumnya bayi yang melekat dengan baik akan terlihat seperti gambar di atas sebelah kiri.
Tanda pelekatan sudah baik :
1. Daerah areola yang terlihat di atas mulut bayi lebih luas daripada di bawah mulutnya
2. Mulut bayi terbuka lebar
3. Bibir bayi terputar keluar (dower)
4. Dagu bayi nempel ke payudara
Pelekatan yang baik biasanya terlihat asimetris atau ”asymmetrical latch”.
Jika bayi sudah melekat dengan baik, kita bisa melihat ada gerakan menelan, bahkan bisa mendengar bunyi tegukan. Kita juga dapat merasakan payudara yang tadinya terisi jadi “kosong”. Bayi rileks, melepas payudara sendiri, mungkin tertidur.
Sebelum pulang ke rumah, akan lebih menenangkan jika kita pastikan cara menyusui kita sudah dinilai baik oleh konselor menyusui di tempat kita melahirkan. Jangan segan-segan untuk terus berkonsultasi sampai menyusui dirasakan benar-benar nyaman dan mantap.
Jika proses menyusui betul-betul telah bisa mencukupi kebutuhan bayi, pada hari VI bayi sudah buang air kecil setidaknya 6 kali setiap 24 jam, dan di usia 2 minggu beratnya sudah kembali ke berat lahir, lalu di bulan selanjutnya diharapkan berat bayi mengikuti kurva growth chart WHO atau KMS. Hal-hal inilah yang menjadi TANDA PASTI bahwa ASI yang diminum bayi sudah mencukupi kebutuhannya.
Akan sangat baik jika sejak baru melahirkan ibu sudah didampingi tenaga kesehatan atau orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling menyusui. Untuk mendeteksi bagaimanakah proses menyusui berjalan, ibu juga dapat menggunakan bantuan formulir skrining menyusui dini.

Apa itu Kanker Payudara ?

Kanker Payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara. Sel-sel ini biasanya muncul pada saluran atau lobula di payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di antara jaringan atau organ yang ada dan ke bagian tubuh lainnya.
Seberapa umumkah Kanker Payudara?
Kanker Payudara merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi wanita saat ini. Di Singapura, 1 dari 16 wanita akan terdiagnosa mengidap kanker payudara dalam masa hidupnya. Wanita etnis Cina memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Melayu atau India sekitar 10% hingga 20%. Kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 55-59 tahun. Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Kabar baiknya sekarang adalah banyak wanita kini mampu melawan kanker payudara karena melakukan pendeteksian dini serta peningkatan kualitas pengobatan.
Apa Penyebabnya?
Faktor pemicu kanker ini belum dapat diketahui. Namun hal ini bisa ditelusuri dari sejarah keluarga yang mengidap kanker payudara, siklus menstruasi dini, atau kemungkinan faktor resiko lainnya. Karena begitu sulit untuk dipastikan, masing-masing kita memiliki resiko terkena kanker payudara, khususnya saat kita berusia 40 tahun atau lebih. Walaupun faktor penyebabnya masih tidak diketahui, akan tetapi penyembuhan total sangat dimungkinkan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan payudara secara reguler.
 

Gejala-gejala

Anatomy of Breast   Tanda-tanda Kanker Payudara:
   
  • Benjolan yang tidak terasa sakit pada payudara
  • Gatal dan ruam yang terus menerus di sekitar puting
  • Pendarahan atau keluarnya cairan dari puting yang tidak biasanya
  • Kulit payudara membengkak dan menebal
  • Kulit payudara mengkerut atau menjadi cekung
  • Puting melesak ke dalam

Panduan Cara Memeriksa Payudara
39 TAHUN KE BAWAH
  • Pemeriksaan diri terhadap bagian payudara secara bulanan
40 S/D 49 TAHUN
  • Pemeriksaan diri terhadap bagian payudara secara bulanan
  • Lakukan pemeriksaan mamogram tahunan
50 TAHUN KE ATAS
  • Pemeriksaan diri terhadap bagian payudara secara bulanan
  • Lakukan pemeriksaan mamogram 2 tahunan
 

Diagnosa & Pemeriksaan

Bagaimana cara mendiagnosa?
  • Pemeriksaan Klinis – Khususnya bila benjolan, keluarnya cairan dari puting, atau perubahan payudara yang tidak biasa terjadi.
  • Mamogram – Metode ini dapat mendeteksi perubahan seperti kepadatan yang tidak normal atau terjadinya deposit kalsium.
  • Ultrasound Scan – Metode ini digunakan untuk mendeteksi pada area khusus yang ditemukan dalam pemeriksaan mamogram atau dapat dilakukan untuk mendeteksi kondisi abnormal yang tidak terlihat pada mamogram. Sebuah ultrasound scan dapat membedakan antara massa yang solid, yang kemungkinan kanker, atau kista yang berisi cairan yang biasanya bukan merupakan kanker.
  • Magnetic Resonance Imaging, MRI – Pada beberapa kasus, pasien harus menjalani sken MRI untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang lebih jelas pada area yang diduga terkena kanker. Metode ini sangat berguna bagi wanita yang berusia muda karena pada usianya mereka memiliki kepadatan jaringan payudara yang lebih besar dan tes visual konvensional seperti mamogram ataupun ultrasound menjadi kurang sensitif dan spesifik untuk mendeteksi kanker payudara.
 
     
Apa itu Biopsi?
  Teknik biopsi umum
Untuk memastikan kanker payudara, sebuah biopsi harus dilakukan di mana bagian dari jaringan sel yang diduga kanker diangkat dan diperiksa dengan mikroskop.
 
  • Aspirasi Jarum Halus (FNA)
  • Biopsi Jarum Inti (Core Needle) atau Biopsi Tru-cut
  • Biopsi Eksisi (Excision Biopsy)


Bagaimana Kanker Payudara diperiksa?


A. TAHAPAN/LUAS PENYEBARAN
  TAHAPAN LUAS PENYEBARAN TINGKAT RATA-RATA KESELAMATAN PADA MASA
5-TAHUNAN(%)
  0 Kanker non-invasif 99
  I Kanker invasif kecil
(kurang dari 2 cm tanpa penyebaran ke arah kelenjar getah bening aksila)
90
  II Kanker invasif
(antara 2-5cm atau/dengan penyebaran pada kelenjar getah bening)
70
  III Kanker invasif besar
(lebih dari 5cm dengan penyebaran pada kulit atau beberapa kelenjar getah bening)
40
  IV Penyebaran yang luas atau Kanker metastatis
20

B. KARAKTERISTIK KANKER PAYUDARA YANG BERDAMPAK PADA KAMBUH DAN KESELAMATAN

Tingkat Histologis Tumor

Merujuk pada seberapa banyak sel tumor yang memiliki kemiripan dengan sel normal dilihat dari mikroskop; skala tingkat 1 sampai dengan 3. Tumor tingkat 3 mengandung sel kanker yang sangat abnormal dan tumbuh pesat. Semakin tinggi tingkat histologis tumor, semakin besar resiko kanker payudara kembali.
 

Kelenjar Getah Bening

Jumlah kelenjar getah bening yang berada di ketiak, di sisi yang sama pada payudara yang terkena kanker, bisa jadi indikator penting. Semakin besar jumlah kelenjar yang positif diasosiasikan dengan kemungkinan terburuk dan merujuk kepada perawatan dan pengobatan yang lebih agresif.
     

Ukuran Tumor

Secara umum, semakin besar ukuran tumor, semakin besar kemungkinan untuk kanker payudara kembali menyerang.
 

ER/PR

Sekitar duapertiga dari semua kanker payudara memiliki tingkat esterogen yang signifikan dan/atau reseptor progesteron. Mereka dirujuk sebagai tumor reseptor esterogen positif (ER+). Tumor ER+ cenderung tumbuh kurang agresif dan dapat diobati dengan pengobatan menggunakan hormon.
     

HER2/erbB2

HER2 adalah sebuah protein yang ditemukan pada permukaan dari sel kankertertentu. Sebuah tumor dapat digambarkan sebagai HER2-positif apabila tumor tersebut memiliki lebih banyak reseptor HER2 dibanding dengan yang lain. Sekitar 20-25% dari semua kanker payudara memiliki tumor dengan label HER2-positif. Tumors HER2-positif cenderung tumbuh lebih cepat daripada jenis-jenis kanker payudara lainnya.
Dengan mengetahui apakah sebuah kanker adalah HER2-positif dapat mempengaruhi pilihan pengobatan yang dapat diambil, karena wanita dengan tumor sejenis ini dapat diuntungkan dengan obat yang disebut trastuzumab (Herceptin®).
 

Pengobatan & Perawatan

Bagaimana kanker payudara diobati?
Pilihan pengobatan dan prognosis (peluang kesembuhan) tergantung dari tahapan kanker (apakah kanker tersebut hanya ada di payudara atau sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya), tipe kanker payudara, karakteristik dari sel kanker dan apakah kanker tersebut ditemukan pada sisi payudara yang lain. Usia seorang wanita, status menopausal (apakah wanita tersebut masih memiliki siklus haid) dan kondisi kesehatan umumnya dapat mempengaruhi pilihan pengobatan dan prognosis.
 

Bedah

Pembedahan adalah umum untuk mengangkat kanker. Beberapa bentuk prosedur bedah termasuk:
1)    Bedah dengan mempertahankan payudara
  • Lumpektomi atau Wide Local Excision – pengangkatan kanker dan sedikit jaringan di sekitarnya.
  • Quadrantektomi – pengangkatan kanker dengan mengangkat lebih banyak jaringan disekitarnya dibandingkan dengan lumpektomi. Untuk prosedur quadrantektomi, seperempat bagian dari payudara diangkat.
2)    Mastektomi – pengangkatan seluruh bagian payudara dengan atau tanpa jaringan kelenjar getah bening di bawah aksila.

3)    Saat bedah payudara, beberapa sel kelenjar getah bening di bawah ketiak juga akan diambil untuk pemeriksaan.
 

Terapi Sistemik

  • Kemoterapi
  • Terapi Hormon
  • Herceptin®
 
 

Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi yang ditargetkan untuk membunuh sel-sel kanker. Tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang mungkin tersisa di sekitar payudara.
Radioterapi sangatlah vital setelah prosedur bedah yang mempertahankan payudara, seperti lumpektomi, karena sebagian besar jaringan payudara dibiarkan utuh. Terapi ini akan mengurangi kemungkinan kembalinya kanker payudara.
Pada umumnya, wanita yang menjalani prosedur masektomi tidak memerlukan radioterapi. Akan tetapi, untuk beberapa kasus, prosedur ini perlu dilakukan untuk merawat dinding dada dan kelenjar getah bening yang ada pada ketiak, bila resiko kembalinya kanker secara lokal masih tinggi.
 

Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik termasuk:
  • Latihan bahu sesudah pembedahan
  • Perawatan tangan untuk mencegah lymphoedema
  • Penyeimbangan nutrisi dan adaptasi gaya hidup untuk meningkatkan penyembuhan
Rehabilitasi Mental meliputi:
  • Dukungan yang erat dari pasangan, keluarga, teman, dan kelompok pendukung
  • Seorang wanita bisa merasa aman dengan mengetahui peluang kesembuhannya
  • Menghadiri konsultasi dokter secara reguler

Gejala Kanker Payudara

Payudara yang sehat nan indah, pastilah dambaan suami tercinta dan anak tentunya. Karena dalam tiap tetes air susunya terdapat anti bodi (kolosrtum) yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak. Untuk itu perlu kita ketahui sejak dini apa saja gejala-gejala penyakit kanker payudara, agar payudara tetap sehat.
Gejala pertama sakit kanker payudara adalah adanya benjolan atau massa si payudara yang terasa berbeda saat di raba dibanding jaringan payudara sekitarnya.
Puting tertarik (gambar 1a), kulit kemerahan dengan permukaan seperti kulit jeruk (gambar 1b)
Puting tertarik (gambar 1a), kulit kemerahan dengan permukaan seperti kulit jeruk (gambar 1b)
Gejala-gejala selanjutnya lihat di gambar berikut ini;
Gejala sakit kanker payudara
Puting seperti terluka dan membusuk
Kulit di payudara kemerahan & ditandai dengan keluarnya cairan ubnormal atau berdarah dari puting payudara
Kulit di payudara kemerahan & ditandai dengan keluarnya cairan ubnormal atau berdarah dari puting payudara
Ada perubahan bentuk dan ukuran payudara
Ada perubahan bentuk dan ukuran payudara
Kesimpulanya bila di temukan salah satu gejala di payudara seperti ini, segera saja di periksa ke dr. Sepesialis Bedah onkologi, atau bila tidak ada, bisa dr. bedah umum. Untuk pemeriksaan diagnosis kanker payudara ada 3 tahap: pemeriksaan fisik oleh dr. + USG atau mammografi + Biopsi. Penanganan kanker payudara ditentukan factor : Stadium (makin awal, makin bagus & sedikit terapinya), jenis kanker, kondisi tubuh. Apakah sel kankernya aktif terhadap hormon kewanitaan.
Bila masih bisa hanya dengan operasi membuang benjolan kankernya, bila kanker sudah besar, perlu dilakukan pembuangan seluruh payudara ditambah kelenjar limfa disekitarnya. Sebagai pelengkap/pengganti operasi bisa dengan: Kemoterapi, Radiasi, Hormon blocking terapi, obat khusus kanker payudara.
 Kanker payudara yang sudah terlambat untuk ditangani :(
Kanker payudara yang sudah terlambat untuk ditangani :(

Cara Menyusui Yang Benar

Posisi Benar Mulut Bayi Saat Menyusu

Posisi Benar Mulut Bayi Saat Menyusu  Ayahbunda.co.id

Hal penting dan harus jadi perhatian pada saat menyusui bayi adalah posisi mulut bayi saat menempel di payudara –dikenal dengan istilah latch on. Payudara lecet adalah tanda bahwa mulut bayi tidak menempel dengan benar di payudara.
  • Sangga payudara dengan tangan, posisi ibu jari atas dan jari-jari yang lain di bawah dengan jarak cukup jauh sehingga mulut bayi bisa menempel pada puting dan areola untuk latch on.
  • Dekatkan payudara ke bibir bawah bayi secara perlahan, terus menurun ke dagunya untuk memancing bayi membuka mulutnya. Ketika bayi sudah membuka mulutnya, segera dekatkan bayi pada Anda –bukan menyodorkan payudara ke mulut bayi. 
  • Pastikan mulut bayi terbuka lebar dan lidah terletak di bawah ketika menempel. Sebagian besar daerah areola harus masuk ke mulut bayi, terutama areola di bagian bawah.
  • Perhatikan posisi dagu bayi. Dagu adalah bagian pertama yang melekat di payudara, jadi pastikan dagu bayi menekan payudara selama dia menyusu tapi hidungnya tidak menempel.
Di awal menyusui Anda akan merasakan rasa sakit dan nyeri mirip dicubit,  karena puting dan areola dihisap mulut bayi. Tapi setelah itu tidak ada rasa sakit hanya rasa seperti tertarik karena bayi sudah menghisap ASI. Bila terasa sakit, hentikan dan perbaiki posisi latch on bayi. Bila bayi tidak menempel dengan benar, Anda akan merasa sakit selama menyusui dan bayi biasanya tertidur saat menyusu atau tampak tidak puas setelah menyusu.

DAFTAR TILIK PENJAHITAN PERINEUM



DAFTAR TILIK PENJAHITAN PERINEUM
PENJAHITAN PERIEUM
NO
LANGKAH / TUGAS
KASUS
1
2
3
4
5
Persiapan Penjahitan
1.
Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan :
·      Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit otot dan kulit, chromic catgut atau catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset, gunting benang dan kassa steril
·      Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan dimasukkan ke dalam heacting set
·      Satu ampul lidokain 1% dipatahkan
·      Kain bersih
·      Kapas DTT
·      Air DTT
·      Lampu sorot / senter yang diarahkan ke vuva/perineum ibu
·      Larutan klorin 0.5%





2.
Persiapan petugas :
·      Apron plastik, masker, kacamata pelindung
·      Sarung tangan DTT/steril
·      Alas kaki/sepatu boot karet





3.
Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi





4.
Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih dan kering





5.
Pakai sarung tangan DTT atau steril





6.
Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan teknik satu tangan, letakkan kembali ke dalam wadah heacting set





7.
Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan





8.
Pasang kain bersih di bawah bokong ibu





9.
Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum





10.
Beri tahu ibu akan disuntik





11.
Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka





12.
Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan gangguan denyut jantung hingga tidak teratur )





13.
Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum





14.
Tampa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. ( Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian dalam robekan – alur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina )





15.
Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk ke dua tepi robekan





16.
Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anastesi





Penjahitan Robekan
17.
Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan. Rabalah dengan ujung jari anda seluruh daerah luka. Lihatlah dengan cermat dimana ujung luka tersebut





18.
Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam vagina ( sebaiknya menggunakan tampan bertali )





19.
Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum





20.
Pasang benang jahit pada mata jarum





21.
Lihat dengan jelas batas luka episiotomi





22.
Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina ibu.





23.
Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan pemegang jarum (pinset) untuk menarik jarum melalui jaringan. Jangan sekali-kali menggunakan jari tangn. Menggunakan jari tangan untuk meraba jarum adalah berbahaya. Anda bisa menusuk jari tangan anda atau melobangi sarung tangan anda yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah seperti HIV atau hepatitis B





24.
Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung  benang yang bebas ( ujung benang tampa jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm





25.
Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran himen.





26.
Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai kebelakang lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak lukanya.





27.
Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Otot biasanya tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak keras bila disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka, ketika anda sudah mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam





28.
Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum anda dan mulailah menjahit ke arah vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler. Carilah lapisan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa vagina. Kini anda membuat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada waktu proses penyembuhan berlangsung





29.
Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk diamankan, diikat dan dipotong benangnya.





30.
Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati





31.
Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm. Jika ujung dipotong terlalu pendek, jahitan mungkin akan bisa terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh jahitan episiotomi akan menjadi longgar dan terlepas





32.
Masukkan jari anda ke dalam rektum





33.
Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah ada jahitan. Jika anda meraba ada jahitan, maka pastikan agar anda memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu pasca kelahiran. Jika belum sepenuhnya sembuh pada saat itu (yakni, anda merasakan adanya fistula), maka rujuklah ibu tersebut ke dokter





34.
Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak meninggalkan apapun seperti kassa, tampon, instrumen di dalam vagina ibu





35.
Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun





37.
Keringkan dan buat ibu merasa nyaman





38.
Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali setiap hari. Kalau tidak, ia harus menjaga agar perineumnya tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya





39.
Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar anda bisa memeriksanya kembali





50.
Jika memungkinkan, periksa perineum setiap hari selama 3-4 hari. Lihat, kalau-kalau ada bintik merah, nanah atau jahitan yang lepas atau terbuka, atau hematoma. Hematoma bisa tampak seperti luka lecet  atau pembengkakan yang mengkilap. Periksa dengan cermat untuk mengetahui apakah ia bertambah besar. Jika panjangnya lebih dari 3-4 cm, rujuklah ibu tersebut ke rumah sakit agar hematoma tersebut bisa dibuka danbekuan darahnya bisa dibuang lalu dijahit kembali






SKOR NILAI  = ∑  NILAI    X  100%
             150          






TANGGAL






PARAF PEMBIMBING